Liputan6.com, Jakarta - Para pengusaha merespons kemungkinan resesi global yang diperkirakan bakal berdampak ke Indonesia. Langkah penyesuaian bisnis dinilai jadi satu hal penting yang perlu dilakukan.
Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) memandang penyesuaian memang perlu dilakukan agar dampak dari pelemahan ekonomi global tidak begitu besar ke dunia usaha. Ketua Komite Analisis Kebijakan Ekonomi Apindo Ajib Hamdani mengungkap, beberapa sektor usaha kemungkinan mengalami pelemahan dengan adanya resesi global. Meski, beberapa lainnya juga akan mendapat keuntungan.
Baca Juga
"Pengusaha realistis, harus ada penyesuaian, memang ada beberapa sektor yang masih akan tumbuh, dan itu akan luar biasa, misalnya pangan," kata dia dalam Inspirato Sharing Session Liputan6.com bertajuk Jaga Pertumbuhan Ekonomi RI di Tengah Bayang-Bayang Resesi, Jumat (18/11/2022).
Advertisement
Mengutip pernyataan Presiden Joko Widodo, Ajib mengutarakan kalau pada 2023 orientasi pemerintah adalah membidik sektor pangan  dan pertanian. Maka sektor ini disebut akan menjadi penopang pertumbuhan ekonomi domestik.
"Ada dua hal, ketika terjadi pelemahan rupiah misalnya, kita membedakan satu perusahaan untung, saat itu ada pula perusahaan yang bleedinng, masing-masing melakukan penyesuaian," terangnya.
Ekspansi Bisnis
Bagi perusahaan yang mendapatkan untung, maka ekspansi bisnis adalah pilihan yang tepat. Artinya, membuka peluang pendapatan menjadi lebih luas lagi.
Sementara itu, bagi yang melambat pertumbuhannya, perlu mengambil langkah yang cukup berat seperti mengurangi jumlah pekerja.
"(satu sisi) ketika pabrik sepatu turun, sampai 50 persen, terpaksa harus lay-off pekerja karena menyumbang harga pokok produksi yang signifikan, pengusaha juga melakukan penyesuaian untuk orientasi bisnis kedepannya," kata dia.
Melalui penyesuaian operasional bisnis tadi, Ajib memandang sektor dunia usaha masih akan menunjukkan pertumbuhan positif. Kendati begitu, pertumbuhannya akan lebih lambat dari tahun-tahun sebelumnya.
"Kami percaya akan tumbuh positif tapi cenderung melandai meski tidak seagresif 2022," pungkasnya.
Â
Advertisement
Depresiasi Rupiah Peluang Perkuat Daya Saing Ekspor
Sebelumya, Kementerian Koordinator bidang Perekonomian memandang ada peluang meski terjadi pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Salah satunya menyoal penguatan daya saing ekspor Indonesia.
Untuk diketahui, nilai tukar rupiah mengalami pelemahan ke posisi Rp 15.684 per dolar AS pada penutupan Jumat, 18 November 2022 sore. Sektor ekspor, disinyalir meraup untung dari adanya penguatan dolar tersebut.
Deputi I Ekonomi Makro dan Keuangan Kemenko Perekonomian Iskandar Simorangkir mengatakan, depresiasi rupiah bisa dilihat dari sisi positifnya. Mengingat, Indonesia kini jadi salah satu pemain ekspor untuk bahan tambang yang telah dihilirisasi.
"Kalau kita lihat, nilai tukar yang terdepresaisi itu (hal) penting, jangan defend terus, sisi positifnya dilihat, jangan negatifnya aja," ungkapnya dalam Inspirato Sharing Session Liputan6.com bertajuk Jaga Momentum Pertumbuhan Ekonomi RI di Tengah Bayangan Resesi, Jumat (16/11/2022).
Menurutnya, hilirisasi tambang yang dilakukan oleh Indonesia jadi penggerak nilai positif dari depresiasi tersebut. Logikanya, dengan adanya hilirisasi, berarti ada nilai tambah yang didapatkan seiring dengan porsi ekspor tambang Indonesia ke negara-negara lain.
"(nilai tukar) mendorong daya saing ekspor kita, ditengah Indonesia yang melakukan hilirasi yang dampaknya sudah kita rasakan, nilai tambah berkali lipat," terangnya.
Sebagai contoh saja, komoditas nikel dan turunannya yang mampu menghasilkan 4,8 kali lebih besar pendapatan. Angka ini masuk catatan Iskandar per September 2022.
"Dengan depresiasi tadi maka ekspor kita meningkat, (disaat yang sama) ita bisa ngerem impor kita," ujarnya.
Â
Penyerapan Produk Lokal
Peluang lainnya, Iskandar melihat kalau pada saat yang sama Indonesia bisa mendorong penggunaan produk-produk dalam negeri. Artinya tidak bergantung pada produk impor, sehingga manfaatnya bisa dirasakan lebih luas.
"Salah satu cara melakukan smoothing di ekononmi kita supaya tidak konsumsi berlebihan, itu mekanisme nilai tukar, jangan di defend berlebihan, karena justru mendorong ekonomi kita berbasis ekonomi domestik tadi," bebernya.
Guna menekan impor sendiri, Iskandar melihat ada peluang berbarengan dengan hilirisasi. Misalnya dengan menggenjot sejumlah sektor yang masih bergantung pada impor dengan pemenuhan dari dalam negeri.
"Kita bisa memproduksi bahan baku tadi yang sudah kita mulai hilirisasi," ungkapnya.
Â
Â
Â
Advertisement